Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terimakasih Atas kunjungannya maka Mulailah aktivitas Anda dengan basmallah untuk mendapatkan ridho Allah SWT

Senin, 18 Februari 2008

PANDUAN UAN SMK 2008


Silakan download panduan soal uan 2008 untuk SMK ini GRATiiiiiiiiiiiiissss
Lembar Jawaban Komputer untuk latihan ujian SMP/MTs, SMA/MA dan SMK 2008
PERMEN DIKNAS NOMOR 34 dan 39 TAHUN 2007PERMEN DIKNAS NOMOR 34 TAHUN 2007-UN
PERMEN DIKNAS NOMOR 39 TAHUN 2007-UASBN
POS UN dan UASBN TAHUN 2008POS UN TAHUN 2008
POS UASBN TAHUN 2008
SOSIALISASI


Latar Belakang KSI Ar Rasyidiyah Mahmudiyah SMKN 1 Barabai

MUKADIMAH


“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran : 104).
Berpedoman pada ayat di atas bahwa perlu adanya suatu organisasi dakwah menyeru umat kepada kebaikan, mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar, baik di lingkungan kenegaraan, masyarakat, maupun sekolah.

Apalagi melihat kondisi pendidikan pada masa sekarang yang menempatkan pendidikan agama sangat minim, hanya berkisar 2 X 45 menit dalam satu jam pelajaran sekolah dan menyebabkan banyak dari siswa dan siswi muslim yang kurang memahami ajaran Islam bahkan sampai tidak mengenal lagi ajaran Islam yang agung. Hal ini juga merupakan alasan perlunya berdiri organisasi yang bergerak di bidang dakwah di lingkungan sekolah.

Berpangkal dari hal di atas maka dibentuklah sebuah Kelompok Studi Islam (KSI) Ar Rasyidiyah Mahmudiyah berpusat di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Barabai yang melaksanakan dakwah dan syiar Islam di lingkungan SMKN 1 Barabai khususnya dan di lingkungan sekitar pada umumnya.

Kelompok Studi Islam Ar Rasyidiyah Mahmudiah.
KSI Ar Rasyidiyah Mahmudiah adalah suatu organisasi yang berada di dalam sekolah.
KSI Ar Rasyidiyah Mahmudiah merupakan organisasi sekolah yang bergerak dalam bidang syi’ar dan dakwah Islam yang memusatkan geraknya di lingkungan SMKN 1 Barabai.
KSI Ar Rasyidiyah Mahmudiah merupakan ekskurikuler sekolah yang berada dibawah sekbid 1 OSIS.
KSI Ar Rasyidiyah Mahmudiah adalah tempat pembinaan dan pengembangan diri siswa siswi muslim agar menjadi muslim yang kaffah.

Tujuan.
Tujuan dari segala tujuan adalah ridah Allah SWT.
Membentuk siswa siswi yang muslim yang berjiwa Islami.
Membentuk siswa siswi yang muslim agar memiliki tsaqafah Islam yang tinggi dan loyal terhadap ajaran Islam.

Visi.
Visi KSI Ar Rasyidiyah Mahmudiah adalah menciptakan suasana kehidupan Islami di lingkungan SMKN 1 Barabai dan sekitarnya.

Misi.
Pembinaan ajaran Islam terhadap anggota.
Syiar dan dakwah Islam.
Merekrut kader yang berkompeten untuk meneruskan dakwah Islam
Menciptakan siswa-siswi yang memiliki pemikiran dan berkepribadian Islami

Pedoman Gerak.
Kitab suci Al Quran
Sunnah Rasulullah.
Ijma sahabat.
Qiyas.

Peraturan KSI Ar Rasyidiyah Mahmudiah.
Pengurus dan anggota menjalankan aktivitasnya sesuai dengan ajaran Islam.
Pengurus dan anggota melaksanakan aktivitas dan kegiatan di dalam KSI semata mata karena Allah SWT bukan karena yang lain.
Pengurus dan anggota tidak diperbolehkan bersifat fanatik terhadap KSI ataupun kebanggaan-kebanggaan terhadap hal lainnya di luar ajaran Islam.
Sebagai seorang muslim pengurus dan anggota harus selalu senantiasa meningkatkan pemahamannya terhadap Islam.
Sebagai seorang muslim pengurus dan anggota dilarang mengajak pengurus dan anggota lain untuk melakukan aktivitas yang menyimpang atau bertolak belakang dari ajaran Islam.
Pengurus anggota ikhwan dan pengurus anggota akhwat dilarang bertemu apabila tidak hal penting yang menyebabkan pertemuan.
Pengurus ikhwan dan akhwat dilarang berduaan, pacaran ataupun interaksi lain yang dilarang oleh Islam.
Pengurus dan anggota dilarang menempuh cara-cara yang menyimpang atau bertentangan dari ajaran Islam dalam setiap melaksanakan kegiatan KSI.
Setiap aktivitas pengurus dan anggota KSI diawasi ketat dan akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT.

Keanggotaan.
Anggota adalah seluruh siswa siswi muslim SMKN 1 Barabai.
Keanggotaan terdiri dari kelompok ikhwan dan kelompok akhwat secara terpisah.
Hak anggota :
Mengoreksi pimpinan dan pengurus.
Memanfaatkan fasilitas KSI.
Mendapatkan hak yang dalam setiap kegiatan.
Memberikan saran-saran Islami kepada pemimpin dan pengurus.
Kewajiban anggota :
Menjadikan ajaran Islam sebagai tuntunan hidup.
Terikat terhadap aturan-aturan Islam.
Mengikuti kegiatan mingguan.
Menjaga nama baik KSI.
Anggota berhenti apabial :
Meninggal dunia.
Pindah sekolah dari SMKN 1 Barabai.
Murtad (mengaku beragama selain Islam)

Kepemimpinan.
Pimpinan tertinggi disebut Ketua Umum.
Ketua Umum berada dibawah Kepala Sekolah, Pembina OSIS dan Guru Pembina.
Ketua Umum ditunjuk berdasarkan musyawarah tahunan KSI.

Kepengurusan.
Pengurus adalah anggota yang diberi amanah menjalankan KSI Ar Rasyidiyah Mahmudiyah.
Pengurus malaksanakan amanah sebaik-baiknya hanya karena Allah SWT.
Pengurus wajib mematuhi aturan KSI Ar Rasyidiyah Mahmudiyah.
Pengurus berhak mengoreksi pimpinan dan pengurus lain.
Pengurus dibentuk berdasarkan musyawarah tahunan KSI.
Masa kepengurusan selama 1 tahun.
Pengurus diawasi ketat oleh Allah SWT.



Ketua Umum.
KSI Ar Rasyidiyah Mahmudiah.Syarat-syarat ketua umum.
Muslim
Ikhwan
Aktif dalam kegiatan KSI.
Memiliki tsaqafah lebih tinggi dari pada anggota lain.
Menjadi teladan anggota.
Mampu melaksanakan amanah.
Hak ketua umum.
Menetapkan suatu keputusan.
Ditaati pengurus.
Mengoreksi jalannya organisasi.
Meminta laporan dari ketua ikhwan dan ketua akhwat.
Kewajiban ketua umum.
Memimpin organisasi.
Melaksanakan tugas harian.
Mengikuti pembinaan mingguan.

Ketua Ikhwan.
Ketua ikhwan adalah pimpinan kepengurusan ikhwan yang berada di bawah ketua umum dan membawahi kepala seksi bidang pembinaan dan kederisasi, kepala seksi bidang syiar dan dakwah……………………..
Syarat-syarat ketua ikhwan.
Muslim.
Ikhwan
Mampu melaksanakan amanah.
Aktif dalam kegiatan KSI.
Hak-hak ketua ikhwan.
Mengoreksi ketua umum dan pengurus lain.
Mengawasi jalannya bidang-bidang.
Meminta laporan dari masing-masing seksi.
Memberi masukan terhadap ketua umum.
Merencanakan suatu kegiatan.
Kewajiban ketua ikhwan.
Memimpin kepengurusan ikhwan.
Mengontrol pembinaan mingguan.
Melaksanakan tugas harian.
Mengikuti pembinaan mingguan.

Sekretaris Umum.
Syarat-syarat sekretaris.
Muslim.
Ikhwan
Mampu melaksanakan amanah.
Aktif dalam kegiatan KSI.
Hak-hak sekretaris.
Mengoreksi ketua umum dan pengurus lain.
Meminta dokumen-dokumen kegiatan.
Kewajiban sekretaris.
Mendampingi ketua umum dalam setiap kegiatan.
Menyimpan dokumen-dokumen kegiatan.
Mengikuti kegiatan mingguan.
Menjaga arsip-arsip kegiatan.


Bendahara Umum.
Syarat-syarat dipilih.
Muslim.
Akhwat
Mampu melaksanakan amanah.
Aktif dalam kegiatan KSI.
Mengerti masalah keuangan.
Hak-hak bendahara.
Mengoreksi ketua umum dan pengurus lain.
Meminta laporan keuangan dari setiap kegiatan.
Memakai uang untuk pemeliharaan dan perawatan fasilitas KSI.
Memungut infak yang terkumpul dari seksi humas dan dana.
Kewajiban bendahara.
Menyimpan dan menjaga keuangan KSI.
Mengatur masuk dan keluarnya keuangan KSI.
Mencatat laporan masuk dan keluarnya keuangan KSI.
Mengikuti pengajian mingguan.

Ketua Akhwat.
Ketua akhwat membawahi kepengurusan akhwat yang ruang lingkup tugasnya berada di daerah akhwat.
Syarat-syarat ketua akhwat.
Muslim.
Akhwat
Mampu melaksanakan amanah.
Aktif dalam kegiatan KSI.
Mengoreksi ketua umum dan pengurus lain.
Mengawasi jalannya bidang-bidang.
Meminta laporan dari masing-masing seksi.
Memberi masukan terhadap ketua umum.
Merencanakan suatu kegiatan.
Hak-hak ketua akhwat.
Mengoreksi ketua umum dan pengurus lain.
Mengawasi jalannya bidang-bidang akhwat.
Meminta laporan dari masing-masing bidang akhwat.
Memberi masukan terhadap ketua umum.
Merencanakan suatu kegiatan.
Ditaati pengurus akhwat.
Kewajiban ketua akhwat.
Memimpin kepengurusan akhwat.
Mengontrol pembinaan mingguan.
Melaksanakan tugas harian.
Mengikuti pembinaan mingguan.

Bidang-bidang KSI Ar Rasyidiyah Mahmudiyah.
KSI Ar Rasyidiyah Mahmudiyah memiliki 3 bidang yaitu bidang pembinaan dan kaderisasi, bidang syiar dan dakwah, dan bidang pustaka Bidang KSI terpisah antara kepengurusan ikhwan dan kepengurusan akhwat. Berada dibawah masing-masing ketua pengurus. Pengurus ikhwan dan akhwat setiap bidang di ketuai oleh seorang ketua bidang. Pengurus dapat melaksanakan tugas dalam ruang lingkup bidang yang ia duduki.

Bidang Pembinaan dan Kaderisasi.
Mengkoordinir kegiatan untuk meningkatkan pemahaman Islam bagi siswa siswi muslim
Mengkoordinir kegiatan mingguan.
Mengkoordinir kegiatan bulanan.
Mengkoordinir pemilihah pengurus yang akan datang.

Bidang Syiar dan Dakwah.
Mengkoordinir kegiatan untuk menyebarkan dan meningkatkan tsaqafoh Islam bagi siswa siswi muslim.
Mengkoordinir kegiatan peringatan hari besar agama Islam (PHBI).
Mengkoordinir pengiriman utusan kegiatan lomba, seminar, dan lain-lain.

Bidang perpustakaan dan penerbitan
Menerbitkan dan menyebarkan buletin Ar Rasyidiyah Mahmudiyah di lingkungan SMKN 1 Barabai.
Membuat majalah dinding KSI.
Mengurus perpustakaan Mushalla.

Keuangan KSI Ar Rasyidiyah Mahmudiyah.
Keuangan dikelola oleh bendahara.
Dana berasal dari infak anggota, donator dan surplus kegiatan.
Infak anggota di pungut minimal seminggu sekali.
Keuangan digunakan sebaik-baiknya.

Kegiatan Organisasi.
Pembinaan harian (Kultum ba’da dzuhur)
Pembinaan mingguan (pengajian senin sore dan sabtu sore)
Pembinaan bulanan (mabit dan pengajian bulanan)
Kegiatan insidensial.
Training pengurus baru.
Getar KSI.
Seminar Remaja.
Ceramah dan Dialog.
Pesantren Ramadhan.
Tafakur Alam.




Bangkitlah Dunia Pendidikan!

Menurut Human Development Reports , HDR 2002 (Laporan Pembangunan Manusia 2002) yang dikeluarkan oleh Program Pembangunan PBB ( United Nations Development Programme, UNDP) tentang Human Development Indicators 2002, Indonesia menempati peringkat 110 dari 173 negara yang diteliti dengan Human Development Index (HDI) 0.684. Posisi Indonesia itu jauh di bawah negara anggota ASEAN, misalnya Singapura (25), Brunei Darussalam (32), Malaysia (59), Thailand (70), Vietnam (109).

Kemudian pada HDR 2003, indeks tersebut merosot menjadi 0,682. Penurunan indeks yang mencerminkan memburuknya kualitas manusia Indonesia ini juga terlihat dari menurunnya peringkat HDI, dari urutan 110 ke 112, sementara Malaysia naik ke peringkat 58 dan Vietnam masih di urutan ke 109. ( Suara Pembaharuan , 23/07/2003)

Sedih nggak sih ngeliat data di atas. Dua puluh tahun yang lalu, Malaysia masih belajar banyak dalam bidang pendidikan kepada Indonesia. Kini kualitas pendidikan negerinya Siti Nurhaliza itu jauh di atas ‘mantan guru'-nya. Ketika negara tetangga giat menggenjot prestasi intelektual kaum terpelajarnya, negerinya Samson Betawi ini malah disibukkan dengan audisi AFI, Indonesian Idol, API, atau KDI. Keciaaan Deh Iiih…!

Anehnya, bukannya memperbaiki citra pendidikan sekolah, pemerintah seperti mendiamkan acara-acara penjaringan bakat itu. Kenapa tidak diciptakan kondisi: “Aku bangga jadi ilmuwan” misalnya yang bisa memacu kreativitas siswa untuk berprestasi di ajang yang benar, baik, dan bermanfaat. Seperti temen-temen kita di bawah ini.

Ada Mulyana, peraih medali perunggu dalam ajang Olimpiade Biologi di Brisbane, Australia. Ada Azis Adi Suyono, peraih medali emas di ajang Olimpiade Sains Nasional Bidang Fisika yang digelar di Balikpapan pada September 2003. Ada Yudistira Virgus, peraih medali emas pada Olimpiade Fisika di Pohan, Korea Selatan, Juli 2004.

Akhir tahun lalu, tim Indonesia berhasil meraih predikat juara umum dalam The First Internasional Junior Science Olympiad (IJSO) alias Olimpiade Sains Internasional setingkat SMP yang diselenggarakan di Jakarta. Bahkan baru-baru ini, tim kita juga berhasil meraih juara 1 dalam kompetisi simulasi bisnis internasional yang diselenggarakan oleh perusahaan kosmetik dunia L'oreal ( L'Oreal E-Strat Challenge 2004 ) di kota mode dunia, Paris.

Tapi sayangnya, kesedihan Ibu Pertiwi tak mampu terhapuskan dengan prestasi para pelajarnya itu. Sebab potret pendidikan yang ada di depan mata, kian hari kian buram. Bukan karena Ibu Pertiwi lupa pake kacamata minusnya atau belum cuci muka sehabis bangun tidur. Tapi emang kenyataan berkata demikian. Hiks... hiks... hiks...!

Potret buram pendidikan kita

Kudu kita akui, kalo masalah pendidikan nasional nggak ada matinya. Belon beres satu, tumbuh seribu. Jadi numpuk dah. Dari mulai biaya sekolah, kondisi gedung sekolah, kurikulum pendidikan, atau nasib tenaga pengajarnya.

Mahalnya biaya sekolah mengakibatkan jumlah anak putus sekolah makin meningkat dari tahun ke tahun. Dalam sebuah tulisan terungkap jumlah anak putus sekolah untuk usia 0-6 tahun sebanyak 19 juta (73%); 7-12 tahun sebanyak 2 juta (6%), 13-15 tahun sebanyak 7 juta (55%). ( Suara Pembaharuan , 07/03/2003).

Bangunan sekolahnya juga masih banyak yang tak layak. Seperti yang terjadi di Kab. Sumedang, Jawa Barat. Hampir 60% bangunan sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah (SD/MI) di Kab. Sumedang saat ini kondisinya rusak. Dari persentase tersebut di antaranya dari data 2002 terdapat 1.241 ruang kelas tidak bisa digunakan karena rusak berat. ( Pikiran Rakyat , 25/05/2004).

Kurikulum pendidikan nasional tak mampu mengatasi sekitar 2,5 juta lulusan SMA yang terpaksa menganggur akibat tidak memiliki keterampilan untuk bekerja atau berwirausaha. Jumlah pengangguran tersebut bertambah pula dari lulusan perguruan tinggi yang setiap tahun terjadi peningkatan sekitar 250 ribu orang sarjana, 120 ribu lulusan diploma III dan 60 ribu lulusan diploma I dan II. ( Pikiran Rakyat , 28/06/2004)

Belum lagi dengan nasib para pahlawan tanpa tanda jasa dan tanpa kesejahteraan yang terlukis dalam lagu ‘Oemar Bakri'-nya Iwan Fals. Udah mah gaji kecil bin pas-pasan, eh, disunat pula setiap bulan. Tekor dah!

Ada apa dengan pendidikan nasional?

Kalo kita cermati, nampaknya salah dua faktor yang ikut melestarikan krisis pendidikan di negeri kita adalah minimnya anggaran dan kurikulum pendidikan yang materialis-sekuleris.

Alokasi dana APBN yang dianggarkan untuk pendidikan begitu setia ngetem di bawah angka 10 persen. Untuk tahun 2005 aja, secara keseluruhan, Depdiknas memperoleh alokasi dana sebesar Rp 21,585 triliun, yang terdiri dari rupiah murni sebesar Rp 20,689 triliun dan pinjaman luar negeri sebesar Rp 895 miliar yang dialokasikan ke dalam 20 program pembangunan pendidikan. ( Media Indonesia, 23 Maret 2005 ).

Eit, jangan tersepona dulu ngeliat angka triliunan rupiah itu. Sebab kalo kita itung-itung dari total APBN 2005 yang jumlahnya Rp 377 triliun, anggaran pendidikan nasional cuma dapet sekitar 5,7 %. Belon yang ditilep ama oknum pejabatnya. Abis dah!

Minimnya anggaran pendidikan berakibat pada kurangnya pemeliharaan gedung sekolah, terlalaikannya kesejahteraan tenaga pendidik, atau terabaikannya pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung.

Padahal, kalo kita bandingkan dengan negara-negara tetangga kita, mereka cukup royal dalam mengalokasikan dananya demi peningkatan kualitas pendidikan. Kepala Perwakilan The United Nations Children's Fund (Badan PBB untuk masalah anak) di Indonesia, Steven Alen mengatakan, anggaran pendidikan Indonesia merupakan yang terendah di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Cina, Malaysia, Filipina dan Singapura mengeluarkan dana lebih dari tiga kali anggaran Indonesia. ( Tempo interaktif.com , 23/12/2003).

Kurikulum pendidikan nasional kental sekali dengan sistem pendidikan kolonial yang materialis van sekuleris. Dibilang materialis lantaran hasil pendidikan cuma diukur dari gelar yang berhasil diraih atau selembar ijazah untuk bekal nyari kerja biar bisa balikin modal ke ortu yang udah biayain sekolah (idih, emangnya dagang kudu balik modal segala?).

Kondisi di atas makin diperunyam dengan prinsip bebas nilai agama alias sekuleris dalam mendidik siswa. Kalo pun ada pelajaran agama dalam kurikulum pendidikan umum, itupun cuma numpang lewat aja alias formalitas. Kegiatan belajar mengajarnya banyak dipake cuma buat transfer pulsa, eh ilmu. Steril dari upaya pembentukan (transform) watak dan karakter anak didik untuk menjadi generasi pelajar berkualitas. Hmm.. kalo pun pinter tapi tak berakhlak. Gawat juga kan?

Tanggung jawab siapa nih?

Kalo nanya urusan tanggung jawab, pastinya yang berbuatlah yang kudu tanggung jawab. Dalam krisis pendidikan, tentu pemerintah dong yang paling besar tanggung jawabnya. Malah mereka berani disumpah untuk jalanin isi UUD'45 yang salah satu pasalnya berbunyi, “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak”. Betul?

Tapi kayaknya, kita kudu menelan kenyataan pahit kalo ternyata pemerintah belum serius beresin masalah pendidikan. Dulu, pemerintah gencar kampanyekan wajib belajar 9 tahun (hingga SMP). Tapi lucunya pemerintah malah menghentikan subsidi pendidikan. Waktu masih disubsidi aja banyak yang nggak mampu membiayai sekolah. Apalagi subsidi dicabut, sama aja dengan aksi pembodohan massal tuh urusannya.

Yang lebih lucu lagi, pemerintah malah berlepas tangan dengan memberlakukan otonomi pendidikan untuk menanggulangi minimnya anggaran pendidikan. Akibatnya, biaya pendidikan makin melambung tinggi. Jauh meninggalkan keluarga para pelajar atau calon pelajar yang tengah berjuang menahan himpitan ekonomi yang makin berat.

Amboi!,...udah mah rakyat senen-kemis bertahan hidup akibat kenaikan BBM, eh rakyat juga yang ketiban sial kudu ngurusin pendidikan yang jadi kewajiban pemerintah. Apes banget jadi rakyat negara kapitalis. Benar, kapitalisme telah membuat kita semua sengsara!

Belajar dari sistem pendidikan Islam

Puyeng juga ya mikirin masalah pendidikan? Ya, makanya jangan cuma dipikirin tapi kudu dicari solusinya. Wah, tambah puyeng dong? Tenang, kan ada puyer bintang toedjoeh, eh maksudnya emang puyeng kalo kita belum punya ilmunya. Tapi kalo kita menengok pada sistem pendidikan Islam, yakin deh, bintang toedjoeh aja kalah manjurnya. Hehehe...

Dari zamannya unta ngigit besi sampe kuda punya roda, Islam sangat menghargai pendidikan. Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya al-Ahkaam menjelaskan bahwa seorang kepala negara (khalifah) berkewajiban untuk memenuhi sarana-sarana pendidikan, sistemnya, dan orang-orang yang digaji untuk mendidik masyarakat. Catet sobat!

Saking besarnya penghargaan pemerintahan Islam terhadap pendidikan, terutama kepada tenaga pengajar, Khalifah Umar bin Khaththab memberikan gaji pada tiga orang yang mengajar anak-anak di kota Madinah, masing-masing sebesar 15 dinar per bulan (1 dinar = 4,25 gr emas). Kalo kurs 1 gr emas seharga Rp. 90.000, berarti gaji guru setingkat TK sebesar 90.000 x 4,25 x 15 = 5.737.500 rupiah per bulan!

Negara juga bertanggung jawab terhadap pengadaan sarana pendidikan. Dari mulai kitab-kitab, perpustakaan, laboratorium, planetarium, gedung sekolah, universitas, masjid, majelis taklim, sampe toko buku. Dalam kitab Mu'jamul Udaba , karangan Yakut, disebutkan di salah satu pojok kota Khurasan (bagian timur Iran), terdapat sepuluh perpustakaan yang teratur rapi dan memiliki 12.000 kitab. Di antaranya, yang paling terkenal adalah “Khizanatul al-Ahkam ats-Tsani”, yang memiliki koleksi 400.000 kitab.

Gimana dengan biaya pendidikannya? Jangan khawatir, karena dalam Islam dikenal sistem pendidikan bebas biaya. Contoh praktisnya adalah Madrasah al-Muntashiriah yang didirikan Khalifah al-Muntashir di kota Baghdad. Pada sekolah ini setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar. Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh negara.

Kurikulum pendidikan Islam yang berbasis syariah telah melahirkan banyak ilmuwan, di antaranya pakar pendidikan; al-Ghazali, pakar kedokteran; Ibnu Sina, atau al-Khawarizmi yang menemukan angka nol. Kurikulum yang nggak sekadar transfer of knowledge tapi juga pembentukan watak dan karakter sebagai muslim yang steril dari pemahaman sekuler.

Sobat, sekarang kita udah punya ilmu untuk ngobatin krisis pendidikan. Tinggal satu lagi yang kudu kita pahami dan jangan sampe kelupaan. Jika ingin membentuk manusia yang beriman, berilmu dan beramal baik, maka satu-satunya jalan adalah menerapkan Islam sebagai ideologi negara. Negara yang akan mengatur seluruh aspek kehidupan dengan benar, termasuk pendidikan. Itu sebabnya, nyok bareng-bareng kampanyekan penerapan syariat Islam sebagai ideologi negara. Itu artinya pula, mulai sekarang kita campakkan kapitalisme, dan benamkan sosialisme-komunisme.

Oya, sebelum berjuang, bekali dulu dengan ilmu Islam. Biar kagak salah jalan. Yuk, tekadkan dalam diri kita untuk mengkaji Islam dengan serius dan penuh semangat, terus kita dakwahkan ke temen-temen, dan berbarengan dengan itu, kita kampanyekan Islam sebagai ideologi negara. Berangkaat! [hafidz]